Kota yang mendapat julukan Negeri seribu parit ini, adalah sebuah kota kecil di wilayah Indragiri Hilir. Riau Daratan,letaknya antara Pekanbaru – Jambi. Dari Pekanbaru ke Tembilahan di tempuh dengan perjalanan darat selama tujuh jam. Menembus hamparan perkebunan sawit dan melewati tak kurang dari seratus jembatan, daerah berair ini amat subur dengan kekayaan alam yang berlimpah. Mungkin karna itu Tmbilahan didatangi oleh berbagai etnik Nusantara, seperti dari banjar (Kalimantan), Goa (sulawesi) dan Jawa, Tionghoa dan lain- lain. Penduduk Tembilahan yang multi etnik ini berpengaruh pada pola kehidupan social dan aspek- aspek budaya lainnya. Tembilahan oleh karenanya bentuk budaya baru.
Memandang laskap seni rupa di Tembilahan, petnyaan pertama mengarah pada persoalan: Identifikasi seni rupanya yang mana dimaksudkan? Apakah seni rupa dalam pengertian seni rupa modern sebagai modus yang dipraktekkan dalam kegiatan artistik perupaan, atau menggunakan identifikasi seni rupa kontemporer. Istilah seni rupa modern sebagai modus dimaksudkan sebagai praktek praktek feni art (seni Murni), tetapi juga sekaligus berfungsi applied art (seni terapan). Premis ini didasarkan pada kenyataan bahwa terdapat sejumlah karya karya fine art diperlakukan secara fungsional, seperti sebagai penanda atas kelahiran anak atau penanda moment tertentu dalam perjalanan hidup seseorang, dekorasi kafe atau warung, kapal atau pada becak. Pratek seperti itu telah berlangsung sejak decade 1960-an, masa masa awal perkembangan seni rupa di Tembilahan. Jiak identifikasi dipaksakan dalam pengertian seni rupa modern maka hal ini mengukuhkan pandangan bahwa gagasan seni rupa modern diserap dan bekembang tidak secara massif sama diserap dan disesuaikan dengan kondisi kondisi local. Maksudnya gagasan seni rupa modern keTembilahan dapat saja ditarik kemasa lalu ketika kolonialisme Belanda memasuki wilayah ini.
Namun pengaruh nyata kepada praktek seninya (terutama sejak decade 1960 an) dapat dikatakan bersal dari arah barat (Padang) Sumatra Barat dan dari arah timur (jawa) , yang dibawa oleh para pendatang atau masyarakat Tembilahan yang belajar di luar daerahnya. Dalam sebuah catatan tertulis pada catalog “Ekspedisi” (di tulis dari Kelompok Kecil Seni Rupa Inragiri Hilir, 2005).menyebutkan bahwa seni rupa diwilayah Indagiri Hilir telah berkembang sejak 1970-an, dengan menunjukkan kegiatan seni rupa dilakukakan secara individual. Lukisan tua yang berhasil ditemukan dalam surfey penulis ke Tembilahan adalah sebuah lukisan kaca penanda kelahiran (Masyarakat setempat menyebutnya sebagai sebagai akte kelahiran) bertahun 1968, karya Yandi atau Sopian. Lukisan akte kelahiran sampai sekarang masih banyak tersebar dirumah rumah penduduk. Wujudnya berupa sebuah lukisan yang ditulis nama dan tanggal kelahiran anak. Melihat praktek seni rupa seperti tersebut diatas, nampak bahwa apresiasi masyarakatnya pada seni rupa relative telah akrab.